Jumat, 25 Mei 2012

Resensi Buku : Negeri Van Oranje


Kisah ini dipersembahkan untuk seluruh rekan setanah air, yang mengejar ilmu pengetahuan hingga ke negeri kincir angin.

Penulis            ; Wahyuningrat, Adept W., Nisa R., Rizki Pandu P.
Penerbit          ; Penerbit Bentang
Tebal               ; 478 Halaman


Sebuah novel tentang lima (5) Mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang menghibur, memberi pengetahuan baru, inspirasi dan kocak. Mereka adalah Banjar, Wicak, Daus, Geri dan Lintang. Masing-masing berangkat dan sekolah dibelanda dengan latar belakang yang unik. Banjar misalnya, seorang eksekutif muda yang sekolah di Belanda karena ditantang untuk meninggalkan kemampanannya.

“Fren, gue berani tantang lo buat hidup susah setahun aja. Kalo lo rela balik jadi Mahasiswa miskin di negeri orang...... Gue ikhlasin deh lo pacaran ama adik gue!! Karena gue yakin lo gak mampu!”


Keakuratan dan detail cerita didalamnya, membuat kita bisa membayangkan kehidupan Mahasiswa di Belanda dan petualangan yang dijalani disana. Kehidupan dan gambaran kota-kota yang ada dalam cerita demikian detail tapi tidak membosankan memberi kita pemahaman dan pastinya kerinduan bagi para pembaca yang pernah melalang ke Negeri Belanda atau Eropa untuk kembali lagi. Tak lupa juga, perayaan atau festival musiman juga digambarkan dengan menyenangkan begitu pula budaya serta pergaulannya.

Lintang pun panik. Ia tak menyangka jika dirinya harus membayar sendiri apa yang ia makan pada sebuah pesta ulang tahun. Bukankah lazimnya acara ulang tahun itu berarti ditraktir??
“This is a Dutch Birthday! We always pay for ourselves!”

Susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di negeri orang mereka jalani dengan keteguhan hati untuk melampaui aral yang melintang serta melakukan hal-hal yang sulit untuk menggapai impian. Baik mereka jalani sebagai individu maupun sebagai sahabat.

“rasanya hidup gue akan berakhir pada akhir Maret”. Banjar mulai tersedu....

Novel ini juga pastinya dibumbui roman khas anak muda pada umumnya. Pastinya bukan kisah cinta ala sinetron, melainkan apa adanya dan kocak. Baik dilatar belakang kehidupan sebelum ke Belanda,maupun setelahnya. Dan Lintang tentunya yang menjadi kembang diantara para kumbang.

“siapa yang ngasih bunga ke Lintang? Pasti Geri! Bisiknya. Bisa juga Wicak. Atau malah  Daus? Kelakuan dia juga suka dangdut ...

Kita juga diajak berkeliling mengunjungi tempat-tempat yang memikat di Eropa, mulai dari Brussel sampai ke Barcelona, serta berbagi tip ala Backpacker.

Pukul tujuh pagi dibelakang stasiun Utrecht. Gue nyampe duluan. Rokok udah habis dua batang plus segelas Douw Egbert. Tak sabar memulai petualangan bersama empat sobat gue disini.

Oh ya, tak lupa juga disisipkan kisah mengenai wakil rakyat yang sedang study banding disana seperti yang sekarang lagi rame dibicarakan. Serta bagaimana tingkah menyebalkan seorang pejabat BUMN yang mendapatkan kesempatan belajar disana.

“Oooh gitu, ya? Waduh udah lama nih gak naik kendaraan umum. Di jakarta saya dapat driver dari kantor”

Dengan kisah yang sangat nyata dan penuh kejutan serta diselingi tip-tip yang berguna, maka membacanya sangat menyenangkan, menghibur dan memberi inspirasi, khususnya bagi pembaca yang punya impian bersekolah diluar negeri dan berpetualang di Eropa.

“Two roads diverged in the woods, and I took the one less traveled by. And that has made all the difference”  - Robert Frost

0 komentar:

Posting Komentar