Beberapa minggu yang lalu, dengan
semangat yang menggebu, diisi dengan beberapa hari begadang untuk mempelajari
banyak hal. Efeknya tentu saja jam tidur yang berkurang hanya antara 2 sampai 4
jam. Tapi, menganggap itu tak mengapa,toh otak lebih pintar karenanya. Setelah itu,
sebagai professional, tentunya pagi diisi dengan bekerja. Harapannya, dengan
modal pengetahuan yang didapat dari begadang tersebut dapat meningkatkan
produktivitas dengan lebih baik. Namun, apa yang saya rasakan sangat jauh
berbeda. Mood kerja dipagi hari berkurang begitu drastis, konsentrasi dan fokus
menurun sehingga efeknya jauh dari yang namanya produktif. Kenapa ini bisa
terjadi?
Lalu ingatan saya membawa saya
pada pengalaman di tempat kerja sebelumnya. Beberapa perusahaan Multi National
dengan tingkat overtime yang cukup significant, bahkan di tempat awal, pulang
on time dipandang sebelah mata. Dengan jam kerja panjang, bahkan ada yang sampe
jam 11 malam, apakah itu menunjukkan mereka lebih produktif dibandingkan dengan
yang lainnya. Sibuk iya, tapi kesibukan bukan berbanding lurus dengan produktivitas.
Kesibukan berkorelasi dengan berapa banyak input yang diolah. Sedangkan yang
seharusnya diukur adalah berapa banyak output berkualitas yang dihasilkan,
itulah produktifitas. Analisa selanjutnya adalah, yang terjadi bukannya
pekerjaan jadi selesai,melainkan menjadi semakin kacau. Kenapa ini bisa
terjadi?
Akhirnya, saya menemukan
jawabannya pada temuan tentang studi produktifitas yang dilakukan Earns Abbe di
Zeiss Lens Laboratories pada 1880-an. Hasil studi abbe membabarkan bahwa sampai
dengan 40 jam kerja seminggu (8 jam perhari), kita semua sangat produktif. Namun
setelah itu, kita menjadi tidak produktif dan berkurang kemampuannya dalam
menghasilkan output yang baik. Kenapa, itu dikarenakan kita sudah mulai lelah
dan kita cenderung membuat kesalahan. Yang parahnya lagi, kita kerja lembur
untuk menyelesaikan kesalahan itu dan justru malah memperparah atau membuat
kesalahan lain lagi. Lebih lanjut, pengalaman dan studi saya menunjukkan bahwa
bila level Management atau Pimpinan sebagai objectnya, efeknya sangat
significant terhadap jalannya suatu Organisasi atau project. Mereka akan
kehilangan fokus akan gambaran besar jalannya suatu organisasi atau project,
termasuk kehilangan pemahaman, fokus dan kontrol. Mereka serasa sibuk melakukan
banyak hal dikapal sampai dini hari, tapi lupa melihat bahwa kapalnya akan
menabrak gunung es didepannya. Mereka akan cenderung membuat
keputusan-keputusan yang salah, yang lebih parah lagi malah keputusannya serba
instan dan menggelikan.
Istirahat atau tidur sangat
penting karena kelelahan adalah suatu hal yang tidak sederhana efeknya. Ketika
kita lelah, ada bagian di otak kita yang menjadi kurang aktif. Dimana, bagian
otak ini bertugas mengolah informasi,angka dan memanipulasi objek serta
memproses visual. Sehingga bagian otak yang notabene berfungsi untuk memahami
apa yang terjadi serta data atau informasi menjadi sangat melambat. Hal ini
dikarenakan otak kita memprioritaskan bagian otak lain yang membuat kita tetap
terjaga (Thalamus). Itulah kenapa, kesalahan cenderung dibuat ketika kita kerja
terlalu larut dan mengindahkan istirahat. Bahkan ini berefek pada prilaku yang
menyebalkan karena mood juga menurun, sehingga hubungan kerja menjadi kurang
baik.
Otak adalah karunia Tuhan yang
sangat hebat dan tetap bekerja walaupun kita istirahat, lebih efektif malah. Sehingga
istirahatlah, dan biarkan otak kita memproses dan memberikan inspirasi bagi
kita di pagi hari. Bahkan sebuah artikel dari the Society for Neuroscience
menjabarkan “Sleep may allow the brain to process newly learned information so
memory of it stick”. Artinya, tindakan terbaik agar ilmu atau kemampuan baru
yang kita pelajari melekat erat pada memori kita adalah segera tidur setelah
mempelajarinya. Tidur tidak hanya mengistirahatkan otak kita, tapi juga jiwa
dan raga kita. Sehingga seharusnya saya segera istirahat yang cukup setelah
mempelajari hal yang baru, bukannya malah mempelajari banyak hal dan melupakan
istirahat yang pada akhirnya tidak mendapatkan pengetahuan yang significant
diolah secara jangka panjang oleh otak saya dan menurukan produktifitas dan
mood saya dipagi hari ketika berkarya atau bekerja.
Hal yang lebih lanjut untuk
kita pelajari mengenai lembur atau overtime adalah berimplikasipada dua hal,
yakni apakah resource atau sumberdaya untuk menyelesaikan pekerjaan itu yang
kurang, atau malah keemapuan kita yang belum mencukupi untuk menyelesaikannya.sehingga
tindakan dari pimpinan adalah apakah harus menambah resource atau mengembangkan
anda melalui pelatihan. Akhir kata “Working overtime does not increase your
output. It makes you STUPID”.
(iB)
0 komentar:
Posting Komentar